Transformasi Pembelajaran PAI: Dari Hafalan Menuju Pemahaman dan Pengamalan

Pendidikan Agama Islam (PAI) kini mengalami Transformasi Pembelajaran yang signifikan, bergerak melampaui metode tradisional yang didominasi hafalan. Fokus kini beralih pada penanaman pemahaman mendalam dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Transformasi Pembelajaran ini krusial untuk mencetak generasi Muslim yang tidak hanya tahu tentang Islam, tetapi juga hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam. Artikel ini akan membahas esensi Transformasi Pembelajaran PAI, tantangan, dan bagaimana upaya ini diimplementasikan untuk membentuk karakter yang berakhlak mulia.

Model pembelajaran PAI di masa lalu seringkali dikesankan monoton, dengan penekanan kuat pada menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, hadis, atau dalil-dalil tanpa disertai pemahaman konteks dan relevansinya. Akibatnya, pemahaman siswa seringkali dangkal dan tidak berdampak pada perilaku atau akhlak mereka. Oleh karena itu, Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) dan Kementerian Agama secara kolaboratif mendorong Transformasi Pembelajaran ini.

Salah satu pilar utama transformasi ini adalah pendekatan pembelajaran yang lebih partisipatif dan berpusat pada siswa. Guru didorong untuk menggunakan metode diskusi, studi kasus, proyek berbasis masalah, dan kegiatan ekstrakurikuler yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mengaplikasikan ajaran agama dalam situasi nyata. Sebagai contoh, pada tanggal 14 Mei 2025, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama menyelenggarakan pelatihan bagi 10.000 guru PAI di seluruh Indonesia, fokus pada metode pengajaran inovatif yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam setiap mata pelajaran.

Selain itu, kurikulum juga direvisi untuk lebih menekankan aspek akhlakul karimah dan implementasi nilai-nilai moderasi beragama. Materi PAI tidak lagi hanya membahas rukun iman dan rukun Islam secara teoritis, tetapi juga menyoroti bagaimana nilai-nilai tersebut termanifestasi dalam toleransi, kepedulian sosial, dan keadilan. Survei yang dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama pada akhir tahun 2024 menunjukkan peningkatan pemahaman siswa tentang konsep moderasi beragama sebesar 20% di sekolah-sekolah yang telah mengadopsi kurikulum berbasis pemahaman ini.

Transformasi ini juga memerlukan dukungan dari orang tua dan masyarakat. Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar sangat penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan di sekolah juga diperkuat di rumah dan komunitas. Dengan Transformasi Pembelajaran PAI ini, diharapkan akan lahir generasi Muslim yang tidak hanya memiliki pengetahuan agama yang luas, tetapi juga mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi bangsa.